Selasa, 18 Februari 2014

KEPALA BAPAKMU


.
sangkut teratai celah gigi gergaji
aku kapak maha besar
bekam kepala bapakmu!

PAUH BUTUT

.
ada waktu
terkenang-kenang
merdu seruling malam
anak-anak kecil ini
bertamu rindu di laman nenda

lelap kami akan resah
dayusunyi mengulit telinga
ralit mata
kantuknya kami tahan
menunggu seru nyaring siul seruling

kata nenda
tidurlah
bunyi itu tidak ada apa-apa
pejamkan saja
nanti lenamu akan datang jua

aku tahu
dia peniup suling
tidak bernota
sendiri-sendiri
tiada berteman
dan 
laparnya diam
dahaganya senyum
atma sepi

langsung
dia berlagu irama malam
lirih beralun berbisik
pada desah gelisah tadi siang
derapnya menyisih
tepian rerumput pudar hijau
segar berembun
berkaca -kaca

langkah memecah hening
aspal berlaga sepatu tempang warna
bertingkah indah
menuju ke simpang tiga
seruling berselang gedik sepatu
memberi erti dendang sayu
pada bibir desir angin

wahai sang peniup lagu
masihkah kau dengan kayu seruling itu
walau aku sudah dewasa
sekali sekala
ingin benar mendengar nada sumbang kayu saktimu
biar aku dibawa semula
pulang merawat asyik di dada
hanyut dengan rindu
pada si dia kampung jauh di ucuk tara

mainkanlah saja aku satu lagu
agar sembuh redam di jiwa
biar segar segala maknika
moga reda debar gulana
nanti lega ringan rasa kepala
kena angin cerah kedua mata

aduhai
untuk penyair itu
aku berikan dia
setangkai hati besar nyali
kerna memberikan aku
lega tidur jendera malam
dan kenang-kenangan kasih
gemulah nenda berdua

selamat malam
sang peniup tanpa rupa